Jumat, 06 Maret 2015

Muamalah : Jual Beli


Pengertian Jual Beli
Jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli, yaitu interaksi antara penjual dan pembeli.
Jual beli menurut bahasa berarti pertukaran. Sedangkan menurut istilah ialah pertukaran harta atas dasar saling rela dengan cara dan syarat tertentu. Penjual tidak dapat memaksa pembeli, demikian juga sebaliknya.

Jual beli pada dasarnya hukumnya boleh (mubah) kecuali ada alasan-alasan lain.
Firman Allah swt:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu. (QS. An-Nisa/4:29)

Allah telah membolehkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al-Baqarah/2:275)

Hukum jual beli ada empat, yaitu:
1.      Mubah (boleh), adalah hukum dasar jual beli.
2.      Sunah, seperti jual beli orang yang sangat membutuhkan.
3.      Wajib, bila keadaan memaksa seperti harta anak yatim apabila keadaan terpaksa atau orang yang bangkrut.
4.      Haram, seperti jual beli secara ijon dan jual beli barang haram.



Ketentuan Jual Beli
Setiap orang wajib mengetahui ketentuan-ketentuan jual beli. Ini dimaksudkan agar jual beli berjalan sah dan terhindar dari tindakan yang tidak dibenarkan.
Dalam satu riwayat, bahwa Umar ra berkeliling di pasar dan beliau memukul sebagian pedagang dengan tongkat dan berkata.
Tidak boleh ada yag berjualan di pasar kami ini kecuali mereka yang memahami hukum. Jika tidak, maka sadar atau tidak sadar berarti ia memakan riba.

Sabda Rasulullah saw:
Barangsiapa dagingnya tumbuh (berasal) dari barang haram, maka neraka lebih pantas baginya. (HR. Tirmidzi)

Rukun Jual Beli
       a.       Penjual.
       b.      Pembeli.
       c.       Harga.
       d.      Barang.
       e.       Ijab-kabul.

Syarat Sah Jual Beli
a.       Syarat penjual dan pembeli.
-         Aqil (berakal sehat), maka orang gila, ayan dan mabuk tidak sah melakukan transaksi jual beli.
-         Baligh (cukup umur), maka anak kecil tidak sah berjual beli, kecuali sudah mumayyiz, maka diperbolehkan dengan ketentuan nilai barangnya tidak besar.
b.      Syarat barang yang diperjualbelikan
-         Suci, barang najis tidak sah diperjualbelikan seperti bangkai, anjing, babi dan lain sebagainya.
-         Bermanfaat.
-         Diketahui kadar, jenis, sifat dan harganya.
-         Milik sendiri atau milik orang lain yang dikuasakan.
Dalam hal ini Nabi saw bersabda:
Tidak sah jual beli kecuali barang itu miliknya. (HR. Abu Daud)
        c.       Bentuk Ijab-Qabul
-         Lisan, misalnya dengan mengatakan, “Saya menjual... dengan harga... tunai” atau “saya membeli... dengan harga... tunai”.
-         Tulisan, seperti label harga pada barang yang diperjualbelikandan disetujui kedua belah pihak.
-         Isyarat, yaitu bagi orang yang tidak sempurna panca inderanya.

Namun demikian, meskipun telah memenuhi ketentuan syarat dan rukun, ada beberapa praktek jul beli haram yang harus dihindari, antara lain:
1.      Membeli dengan tujuan menimbun barang agar orang lain tidak kebagian atau untuk dijual dengan harga yang sangat mahal.
2.      Menghadang penjual di suatu tempat sebelum penjual mengetahui harga pasar.
3.      Jual beli barang untuk tujuan maksiat.
4.      Jual beli yang mengandung unsur penipuan.
5.      Jual beli harta/barang rampasan perang sebelum dibagi.
6.      Menjual anggur untuk membuat minuman keras.
7.      Menjual senjata untuk kejahatan.
8.      Jual beli barang yang bercampur dengan barang haram.
9.      Jual beli dengan banyak bersumpah apalagi disertai dusta.
10.  Jual beli di dalam masjid.
11.  Jual beli setelah masuk waktu (adzan) shalat jumat.



Jual Beli yang Tidak Sah
Jual beli yang tidak sah antara lain sebagai berikut:
1.      Membeli barang yang sudah dibeli orang lain atau sedang ditawar orang lain.
2.      Jual beli sistem ijon, yaitu membeli hasil tanaman sebelum masak untuk di ambil sesudah masak.
3.      Jual beli binatang ternak yang masih di dalam perut induknya.
4.      Menjual barang bukan miliknya, kecuali dikuasakan kepadanya.



Khiyar Dalam Jual Beli
Pengertian dan Hukum Khiyar
Khiyar menurut bahasa berarti memilih. Sedangkan menurut istilah ialah hak memilih bagi pembeli atau penjual untuk meneruskan atau membatalkan akad jual beli. Maksud diadakannya khiyar agar pembeli dapat memikirkan kebaikan barang yang akan dibeli supaya tidak ada rasa penyesalan.
Khiyar hukumnya mubah atau boleh selama tidak dijadikan alasan untuk menipu, berdusta atau lain-lain.


Macam-macam Khiyar
a.       Khiyar Majlis
Khiyar Majlis adalah hak memilih antara meneruskan atau membatalkan akad jual beli pada tempat berlangsungnya jual beli. Maka apabila telah berpisah, khiyar tidak berlaku lagi.
Rasulullah saw bersabda:
Dua orang yang mengadakan jual beli boleh melakukan khiyar, selama keduanya belum berpisah (dari tempat akad) (HR. Bukhari dan Muslim)

b.      Khiyar Syarat
Khiyar syarat adalah hak memilih antara meneruskan atau membatalkan akad jual beli dengan syarat tertentu. Seperti pembeli berkata, “Saya mau membeli mobilmu setelah saya coba terlebih dahulu.” Masa berlakunya khiyar syarat selama 3 (tiga) hari dan jika sudah lewat maka khiyar syarat batal. Rasulullh saw bersabda:
Bila melakukan transaksi jual beli, maka katakanlah ‘jangan ada penipuan’, kemudia engkau boleh melakukan khiyar pada setiap barang yang di beli selama tiga malam. Jika berkena, maka pertahanka, jika tidak berkenan, maka kembalikan kepada pemiliknya. (HR. Abu Daud)

c.      Khiyar ‘Aib
Khiyar ‘aib maksudnya adalah hak memilih antara meneruskan atau membatalkan akad jual beli karena ada cacat asli pada barang sejak semula dari penjual. Rasulullah saw bersabda:

Seorang laki-laki membeli hamba sahaya, lalu dipekerjakannya, kemudia ditemukan padanya ada cacat, maka hamba itu dikembalikan pada penjualnya. Adapun hasil kerjanya milik pembeli, karena seandainya hamba sahaya itu binasa, maka yang binasa tentu harta pembeli. (HR. Tirmidzi)

0 komentar:

Posting Komentar